Sore hari ini, matahari bersinar sangat cerah, tak seperti biasanya yang selalu diselimuti awan hitam. Tepat jam 15.30 sore, aku akan bertemu dengan seseorang yang aku sukai sejak dulu.
Di tengah keramaian siswa, aku melihat sosok yang ku tunggu, dia datang. Detak jantungku mulai tak terkendalikan lagi. Hatiku cenat-cenut, entah kenapa aku takut untuk mengungkapkan rasa cintaku.
David : “Aku enggak boleh nyia-nyiain kesempatan ini.” (Berbicara sendiri dengan penuh keyakinan).
Langkah kakiku kupercepat, berharap agar Alluh melihatku.
David : “Hei Alluh.”(Dengan spontan aku memanggilnya)
Alluh : “Eh kamu Vid !!!.”
David : “Alluh (kataku pelan) maaf kalau aku manyita waktumu untuk bertemu denganku.”
Alluh : “ Iya, enggak apa-apa kok, tapi aku enggak bisa lama-lama, karena aku harus cari buku, biasalah ada tugas. Eh ya !!! kamu mau ngomong apa? Kok kayaknya penting banget!.”
David : “Hmmm…Aku…” (Belum selesai aku bicara, tiba-tiba Si Bawel Tita nongol dengan suara cemprengya).
Tita : “Ya ampun (lebay) ternyata kamu disini, aku cari-cariin enggak taunya malah asyik-asyikan disini sama si Vid, Vid, David.”
Alluh : “Kamu apa-apaan sich Ta?”
Tita : “Kamu apa-apaan sich Ta?” (Meniru sambil memainkan kedua tangannya).
Alluh : “Emmm, David maaf aku harus ke perpus sekarang, kamu mau ikut?”
David : “(Bepikir sejenak) Iya.”
David, Alluh, dan Tita berjalan bersama menuju ke perpus dengan perasaan bimbang dan gelisah, David mulai tertuju kembali pada rencana semula. Tak jauh dari tempat yang David duduki sekarang perpustakaan berada.
Saat tangan kanan Alluh akan membuka pintu, David langsung menarik tangan Alluh dan mengajaknya untuk tidak masuk ke dalam perpustakaan dulu.
David : “Ayo ikut aku.”(Memegang tangan Alluh).
Alluh : “Eh, eh, kemana? ?? (Wajah kebingungan) Tita-Tita”
Tita : “Udah-udah aku mau cari buku dulu, aku kan pengen jadi anak pinter.”(Memainkan alisnya ke atas dan ke bawah).
Saat Tita masuk ke dalam perpustakaan, tiba-tiba Tita menabrak Fizi.
Tita dan Fizi : “Hadoh !!!”(Jerit mereka berdua bersamaan).
Tita : “Kamu itu kalau jalan liat-liat donk !!!” (Sentak Tita ke Fizi).
Fizi : “Kamu juga donk, kamu ngapaen di sini?”
Tita : “Maen petak umpet!!!” (Jawab Tita dengan kesal).
Fizi : “Wong Edan !!! Di perpustakaan kok malah maen petak umpet?”
Tita : “ Udah tau kalau perpustakaan tempat baca dan pinjem buku, masih aja tanya. Dasar !!!”
Kebalikan dengan Fizi dan Tita, saat mereka sedang asyik-asyiknya bercanda. David dan Alluh sedang dalam keadaan yang tidak enak jika dirasakan.
Alluh : “Lepasin tangan aku (Membanting tangan David, karena berusaha melepas genggamannya) kamu terlalu keras memegangnya (Melihat bagian tangan yang merah karena di pegang David).”
David : “Alluh, maaf jika aku terlalu kasar sama kamu. Ini semua aku lakuin karena aku ingin bicara empat mata dengan kamu.”
Alluh : “Ya udah !!! Cepetan bilang, jangan buang-buang waktu ku karena kamu.”
David : “Alluh dengerin aku, aku sayang sama kamu.” (Bibirku lantang mengucapkannya).
Alluh : “Iya, kita semua emang harus menyayangi.” (Dengan mudah Alluh mengatakan itu kepadaku).
David : “Tapi rasa sayang ini beda, aku suka sama kamu, aku pengen kamu jadi pacarku.” (Kataku dengan seribu harapan agar Alluh membalas cintaku).
Alluh : “Udah udah, kamu enggak usah ngaco kalau ngomong, maaf aku harus ke perpus sekarang.”
David : “Sisakan waktu 15 menit untukku.” (Ku lontarkan kata-kata itu kepadanya).
Harapan itu kini telah diujung lidi, saat David sudah mengatakan yang sebenarnya dengan setulus hati David, dengan mudahnya Alluh meninggalkan David dengan menyisakan perasaan penasaran di hati akan kepastian dari jawaban cinta David.
David masih duduk di ujung perpustakaan, mengharapkan Alluh datang padanya dan segera membalas cintanya. Jam menunjukan pukul 6 petang, tapi Alluh tak juga datang menghampiri David, David duduk termenung sambil melihat pintu perpustakaan dan berharap agar Alluh yang keluar saat itu juga.
Tak berapa lama kemudian Alluh, Tita, dan Fizi pun keluar dari perpustakaan. Tita yang saat itu melihat David duduk diujung gedung perpustakaan, dia langsung melawan dengan lawakannya.
Tita : “Aduh, aduh, ternyata David, Vid, Vid rela nunggu berjam-jam cuma buat Alluh Devi Puspita Ayu sepanjang waktu.” (Melirik Alluh).
Fizi : “Tita, Tita ayo kita kabur, biar mereka berduaan disini!!!.”
Tita : “ Sssttt… Fizi kita enggak boleh jauh-jauh dari sini, secara lox ada orang berduaan, orang ketiganya itu SETAN…(Tertawa) Mending kita intip aja dari sana.”
Seketika Tita dan Fizi pun menghilang entah kemana mereka.
Alluh : “Udahlah David, kamu enggak usdah ngomongin cinta, sayang, atau apalah sama aku, karena aku enggak mungkin nerima kamu (Mengangakat kedua tangan dan langsung menutup mulut) eits keceplosan.”
David : “Kenapa Luh? Apa karena mantanmu?.”
Alluh : “Bukan karena dia, aku mohon jangan bawa-bawa dia, karenai ni tidak ada sangkut pautnya dengan dia.”
David : “Alluh… aku benar-benar sayang sama kamu, rasa ini muncul saat pertama kali aku mengenal kamu, saat pertama kali senyuman itu menghidupkan kembali hatiku.”
Tita : (Dengan lantang) “David, aku sebenarnya cinta hidup, eh… salah cinta mati sama kamu.” (Mempraktekan bersama dengan Fizi).
Fizi : “Oh… Aku jadi terharu.” (Tita dan Fizi langsung tertawa terbahak-bahak).
David memegang kepala dengan tangan kanannya, sementara Alluh hanya tertawa kecil melihat tingkah laku Tita dan Fizi.
Fizi : “Tita ayo kita pergi lagi, nanti ganggu mereka berdua.”
Tita : “Iya, ayo-ayo.”
Tita dan Fizi seperti orang yang kurang waras. Mereka yang tadinya bilang akan pergi, malah berjalan mondar-mandir disampingku dan Alluh.
Aku terdiam, dan tak mengeluarkan sepatah katapun, aku hanya menatap wajah Alluh.
Alluh : “Bisakah kita duduk disana? agar kamu tidak merasa terganggu oleh Tita dan Fizi.”
(David hanya mengangguk, dan kemudian berjalan meninggalkan Tita dan Fizi yang sejak saat itu mondar-mandir seperti orang gila)
Alluh : “David, maaf jika aku tak bisa lama-lama karena hari sudah mulai petang.”
David : “Iya Alluh, aku minta maaf kalau udah bikin waktu kamu terbuang sia-sia cuma gara-gara ini. Mungkin ini enggak penting buat kamu, tapi ini penting buat aku.”
Alluh : “Kamu minta seribu kalipun aku enggak akan bisa terima kamu.”
David : “Tapi kenapa Luh?.”
Alluh : “Karena kita masih terlalu muda untuk mengenal cinta, aku takut hatiku akan rapuh saat cinta pergi dari aku, aku belum bisa karena aku masih terlalu kecil untuk memulainya.”
David : “Tapi sekarang kita sudah menginjak kelas XI, apa umur belasan tahun ini masih kecil menurutmu?”
Alluh : “Aku tetap enggak bisa nerima kamu, aku takut tersakiti lagi, aku masih ingin melakukan hal lain selain berpacaran dengan kamu.”
David : “Tapi kita masih bisa membagi waktu kita.”
Alluh : “Enggak bisa David,, aku enggak mau pacaran dulu ini terlalu muda bagi aku.”
David : “ CAUSE I MISS YOU, BODY AND SOUL SO STRONG. THAT I TAKE’S MY BREATH AWAY. AND I BREATHE YOU, INTO MY HEART. AND PRAY FOR THE STRENGTH TO STAND RODAY. CAUSE I LOVE YOU WHETER IT’S WRONG OR RIGHT. AND THOUGH I CAN BE WITH YOU TONIGHT. YOU KNOW MY HEART IS BY YOUR SIDE…” (Dengan melantunkan sebuah lagu)
Tita : (Muncul dengan tiba-tiba) “Krik-krik menggelitik… kata-katanya bikin geli.”
David menarik satu alis mataku, heran melihat Tita yang sejak tadi mengganggu.
David : “Tita, please jangan ganggu aku sebentar saja.”
Tita : “Siap !!! Pak David.”
Fizi : “Ta ayo-ayo kita pergi.”
Tita : “Ayo…”
Dari jarak yang tidak terlalu jauh, Tita dan Fizi mengulangi hal yang sama.
Tita : “Fizi aku mencintaimu, entah apakah itu salah atau benar.”
Fizi : “Aduh Tita, jangan begitu aku jadi malu nih.”
Tita : “Gundulmu epuk !!! (mendekat dan berbisik) Aku cuma pura-pura.”
Fizi : “ OOOuuuuhhhh !!!...”
Alluh dan David masih berada di tempat yang sama. Alluh terkejut kenapa tiba-tiba David menyanyikan itu untuknya.
Alluh : “David, mungkin saat ini aku tidak bisa menerima kamu, karena saat ini kita masih teralu muda untuk berpacaran, dan jika beberapa tahun mendatang perasaanmu masih sama dengan sekarang, aku akan membukanya untukmu.”
David : “Kenapa tidak sekarang?”
Alluh : “Karena kita masih terlalu muda.”
David : “Alluh, walaupun aku tak sanggup menjadi hujan, aku akan menjadi embun yang selalu menyejukkan hatimu di saat engkau benar-benar dahaga.”
Fizi : “Alluh ini kelamaan, tinggal terima jedat-jedet kok repot.” (Dari jarak jauh).
Alluh : “Bukan masalah terima atau tidak, saat ini aku masih terlalu muda dan aku takut untuk memulainya.”
David : “Hatiku telah ku penjarakan dengan kasihmu, aku tidak meminta lebih selain cintamu, izinkanlah aku menemanimu dalam setiap hembusan, padamu aku meminta, cintailah diriku seperti aku mencintaimu.”
Alluh : “Kasihmu telah memayungiku dari panasnya mentari, sayangmu pun laksana air suci pelepas dahaga, cintamu seputih salju telah engkau persembahkan kepadaku, tapi maafkan aku jika aku tidak bisa membalasnya dan hanya satu yang bisa aku sampaikan, terima kasih untuk segalanya.”
David : “Pintu hati ini akan selalu menunggumu untuk mengetuknya, mengatakan cinta hidup bersama, merajut rindu di dalam mimpi bersamaku…bersamamu dalam jiwa kita menyatu.”
Tita dan Fizi : “SO SWEET…!!!” (Mereka berhadap-hadapan)
Tita : “Kamu kenapa sih ikut-ikutin aku!!!”
Fizi : “Yeee, siapa juga yang ikutin kamu!!!”
Alluh : “David, mendingan saat ini kita bersahabat saja, aku lebih mengharapkan kamu menjadi sahabatku tidak lebih. Apa kamu mau bersahabat denganku?” (Menunjukkan jari kelingkingnya ke depan David).
David : “Aku…aku…aku mau bersahabat dengan kamu. Tapi sampai kapanpun setiaku akan kujaga hingga akhir masa padamu, aku terus mencinta tidak peduli berapa banyak aral melintang takkan mampu membuat hatiku berpaling, dan kamu harus tahu… hati ini pernah menyesali mencintaimu dengan sepenuh jiwa dan segenap raga jika waktu dapat berulang kembali ku ingin mencintaimu lebih awal lagi.
Tita : “Hei Alluh, kamu tau tidak? Persahabatan itu sering berakhir dengan cinta. Jadi hati-hati kalau kamu sampai masuk ke dalam cintanya.”
Alluh : “Siap Tita !!!”
Fizi : “Sssttt… diem ya !!! Aku mau nembak Tita malem minggu besok…” (Tertawa)
Tita : “Apa ??? Kamu mau nembak aku. Kalau aku mati gimana? Aku kan belum nikah, aku enggak mau mati dulu ah !!!”
David : “Dasar enggak mudengan.”
Fizi : “Maksudnya aku mau bilang I LOVE YOU (lafal Bahasa Jawa)”
David, Alluh dan Fizi tertawa, sementara Tita kebingungan, ekspresi wajahnya yang bingung itu membuatku ingin tertawa, kami semua pun tertawa malam itu, meski aku harus menerima keputusan pahit yang Alluh berikan dan jawaban yang sama sekali tak ku ingin kan.
---oTHE ENDo---