Tieta itoe Titut On Jumat, 10 Desember 2010

Profil

Nama: Valentino Rossi
Tanggal lahir:
16 Jan 1979
Status: Single
Zodiak:
Capricorn
Lahir di: Urbino, Italia
Situs web:
http://www.twitter.com/valentinorossi


Menoreh rekor yang panjang membuatnya mendapat beragam julukan. Paling melekat adalah The Doctor. Seolah bisa menentukan kapan dia harus menang dan tidak.

JULUKAN apa yang pantas disandang bagi pembalap seperti Valentino Rossi yang punya koleksi sembilan gelar juara dunia? Jawabannya bisa bermacam-macam. Ada yang menyebutnya 'Rossifumi' dan 'Valentinik'. Namun yang sangat melekat adalah 'The Doctor.'

Julukan ini diberikan karena aksinya di atas motor yang dingin dan bisa mengintimidasi lawannya. Panggilan The Doctor datang setelah ia naik ke kelas 500cc. Saat masih di 125cc dan 250cc, Rossi membalap dengan sangat agresif dan kadang membahayakan.


Kalau sang pembalap sendiri yang ditanya mengapa dijuluki The Doctor, maka ia akan menjawab karena di Italia, banyak dokter yang punya nama keluarga Rossi.

Namun julukan paling hebat yang dimilikinya adalah 'The GOAT.' Artinya bukan "Kambing' melainkan 'Greatest of All Time.' Julukan ini diberikan oleh mantan rekan satu timnya, Colin Edwards.


Maklum, pembalap kelahiran Urbino, Italia, 16 Januari 1979 itu, seolah bisa menetukan kapan dia mau memenangi balapan atau kapan tidak. Sering sekali dia membiarkan lawannya berada di depan sampai akhirnya Rossi 'bosan' dan dengan mudah menyalipnya.

Semua orang mengakui kalau bakat yang dimiliki pembalap kidal ini luar biasa. Membalap baginya bagaikan bernafas saja. Terlihat seperti terjadi begitu saja dan kemenangan demi kemenangan begi mudah menghampirinya.

Mulanya, Rossi kecil menyukai gokart karena keinginan ibunya yang menilai lebih aman ketimbang mengendarai motor. Ayahnya, Graziano Rossi, kemudian mengganti mesin gokart anaknya yang masih berusia lima tahun menjadi berkapasitas 100cc dari sebelumnya 60cc.

Di usia 11 tahun pada 1990, Rossi memenangi lomba gokart skala regional dan juga pernah masuk seri bergengsi di Italia yang membuatnya diprediksi akan berakhir sebagai pembalap F1.

Namun jalan hidupnya berkata lain. Pada 1993 ia sudah mulai naik motor balap. Di atas Cagiva Mito 125cc, ia ikut balapan lokal dan sempat jatuh di tikungan pertama sebelum finish di urutan kesembilan di balapan itu.

Rossi kemudian menjadi pembalap Grand Prix untuk pertama kalinya pada 1996 di kelas 125cc. Ia dikontrak tim Aprilia. Di musim pertamanya, Rossi yang saat itu berusia 17 tahun menempati posisi ke-11 di klasemen akhir.

Tak perlu menunggu lama, di musim berikutnya dia berhasil menjadi juara dunia. Sebelas balapan berhasil ia menangi dan juga menjadi pembalap termuda yang menjadi juara dunia kelas 125cc.

Dua tahun kemudian, dia naik ke kelas 250cc. Musim pertama ia sudah bisa menempati posisi kedua. Dan bukan merupakan kejutan jika tahun 1999 dia sudah bisa menjadi juara dunia, masih bersama tim Aprilia.

Rossi kemudian memulai babak baru pada 2000. Ia sampai di kelas paling bergengsi; 500cc, dan langsung menjadi bagian dari tim elit asal Jepang, Honda.

Musim pertamanya di kelas 500cc berhasil diselesaikan Rossi di posisi kedua. Dan pada 2001, ia meraih gelar juara dunianya sekaligus melengkapi dua gelar sebelumnya di dua kelas berbeda. Rossi juga menjadi juara dunia terakhir di era motor 500cc.

Sejak kemenangan itu segalanya seperti datang dengan mudah buat Rossi. Ia merebut dua gelar juara dunia lagi di kelas MotoGP bersama Honda yakni tahun 2002 dan 2003.

Dari Honda ke Yamaha

Bosan di tim kuat, Rossi pindah ke tim lemah, Yamaha, mulai 2004. Dibilang nekad karena saat itu Honda masih begitu dominan dan bahkan sudah memberikan Rossi tiga gelar juara. Namun keputusannya untuk pindah membuahkan hasil luar biasa, ia langsung menjadi juara dunia di musim pertamanya bersama Yamaha.

Pada musim 2005, 2008 dan 2009, Rossi kembali menjadi yang terbaik dan terus mengabdikan dirinya pada Yamaha.

Di tahun 2005 dalam autobiografinya yang berjudul 'What if I'd Never Tried It', Rossi mengungkapkan kenapa ia pindah ke Yamaha dan bukannya ke Ducati. Menurutnya, jalan pikiran Ducati sangat mirip dengan Honda yang justru dia coba tinggalkan. Tak jelas jalan pikiran seperti apa yang dimaksud sang jagoan.


Nomor 46
Juara dunia berhak mendapatkan nomor motor 1 di musim berikutnya. Namun hak ini tidak diambil oleh Rossi. Ia lebih senang memakai nomor 46 dengan alasan yang sentimentil.

Ayah Rossi, Graziano Rossi, adalah juara balap motor 250cc di akhir tahun 70-an. Pada musim 2009, Graziano memenangi tiga seri Grand Prix dengan menggunakan nomor motor 46.

Jangan tanya soal rekornya. Dia adalah satu-satunya pembalap yang menjadi juara dunia di lima kapasitas mesin yang berbeda: 125cc, 250cc, 500cc, 990cc dan 800cc.

Hanya Rossi yang yang pernah memenangi dua seri berururutan dengan dua pabrikan yang berbeda. Seri terakhir 2003 bersama Honda di Valencia dan seri pertama 2004 bersama Yamaha di Afrika Selatan.

Selain itu, dia pembalap yang menang tujuh kali berturut-turut di sirkuit Mugello. Satu-satunya pembalap yang menang setidaknya di satu seri dalam tiap masing-masing 14 musim beruntun.

Bahkan, Rossi bisa memenangi tiga balapan dari posisi start 11 atau lebih buruk. Prestasi ini dicapai pada GP Inggris 2001, GP Jerman 2006 dan GP Belanda 2007.


FROM YAHOO

0 coment:

Posting Komentar

Powered By Blogger